Prung Interview with Riaz Khan from Baby Squad, Leicester City F.C
At this time, we meet with a humble person from another world. He’s our brother from Leicester, England. This time we put some questions to him. We are pleased to introduce Riaz Khan. He’s a former member of the Baby Squad, a diehard fan from Leicester City Football Club.
(Saat ini, kami bertemu dengan orang yang rendah hati dari belahan dunia. Dia saudara kita dari Leicester, Inggris. Kali ini kami mengajukan beberapa pertanyaan padanya. Dengan bangga kami perkenalkan Riaz Khan. Dia adalah mantan anggota Baby Squad, penggemar fanatik dari Klub Sepak Bola Leicester City.)
Now he’s an author, campaigner and member of the Football Lads and Lasses Against Fascism (FLAF). We think Riaz Khan was one of the prototypal 80’s football Casuals subculture in England. Riaz Khan shares moments with us in this interview.
(Sekarang dia adalah seorang penulis, juru kampanye dan anggota Football Lads and Lasses Against Fascism (FLAF). Kami pikir Riaz Khan adalah salah satu dari prototipe subkultur Casuals football tahun 80-an di Inggris. Riaz Khan berbagi momen dengan kami dalam wawancara ini.)
In this interview we talk about the football Casual scene, football violence, fascism in this subculture, clobber and more. So, let’s get this going, over to Rifqi and Riaz Khan, here we go.
(Dalam wawancara ini kami berbicara tentang football casuals, kekerasan sepak bola, fasisme dalam subkultur ini, clobber dan banyak lagi. Jadi, mari kita lanjutkan, ke Rifqi dan Riaz Khan, ini dia.)
RM: Assalamualaikum brother, how are you?
(Assalamualaikum brother, bagaimana kabarmu?)
RK: Walaykum salam, Alhamdolillah
(Waalaikumsalam, Alhamdulillah)
RM: Can I know what’s your daily activity now?
(Boleh saya tahu apa aktivitas sehari-hari anda sekarang?)
RK: Due to Corona there’s not much happening apart from working at the college and university. Everything is closed including the gyms and the football stadiums. I’m watching a bit of TV and mainly watching TV series like the Mandalorian and Star Trek’s Discovery
(Karena Corona, tidak banyak yang saya lakukan selain bekerja di perguruan tinggi dan universitas. Semuanya ditutup termasuk gym dan stadion sepak bola. Saya menonton sedikit TV dan terutama menonton serial TV seperti Mandalorian dan Star Trek's Discovery)
RM: Oh, Star Trek Discovery is a best movie series, who is your favourite character on this movie?
(Oh, Star Trek Discovery adalah film seri terbaik, siapa karakter favorit anda di film ini?)
RK: Michael Burnham 😍, lol
( Michael Burnham 😍, lol )
RM: Brother, we all know you as an Asian, as a minority, how was your life there now?
(Brother, kami semua mengenal anda sebagai orang Asia, sebagai minoritas, bagaimana kehidupan Anda di sana sekarang?)
RK: Now? Or before?
( sekarang atau sebelumnya?)
RM: Hmmm you can share the story before, and now?
(Hmmmm kamu bisa menceritakan sebelumnya dan sekarang?)
RK: Okay, in the old days it was very difficult with gangs of skinheads in the 70’s and early 80’s going ‘Paki bashing’, beating up ethnic minorities and the racist abuse we received was terrible, but it was the ‘norm’ then. This was due to political figureheads and groups claiming that ethnic minorities were coming to Britain to take over. Groups like the National Front were racist and anti-immigration. You also had politicians like Enoch Powell with his ‘Rivers of Blood’ speech and Margaret Thatcher (the then prime minister) with her speech in parliament about ‘Britain being swamped by immigrants’. These fuelled a hatred for people like myself. It was a constant battle, whether it was at school, on the streets, at the workplace, in the playgrounds…. I really didn’t understand the hatred. But the football Casual scene in the 80’s broke down all these barriers of racism (temporarily) as most racists had to go underground and remained silent because some of the top boys were from ethnic minorities so, those who were racist stopped being openly racist and accepted you, at face value, for who you were. But it seems that all the racists have now come back and it’s becoming a little difficult for ethnic minorities especially Muslims with all the hate and division created by extremists, Nazis, Fascists and the Media. It seems that we have gone full circle.
(Oke, di masa lalu sangat sulit dengan geng skinhead di tahun 70-an dan awal 80-an melakukan 'Paki Bashing', memukuli etnis minoritas dan pelecehan rasis yang kami terima sangat buruk, tetapi itu adalah 'norma' saat itu. Ini karena tokoh politik dan kelompok yang mengklaim bahwa etnis minoritas datang ke Inggris untuk mengambil alih. Kelompok-kelompok seperti National Front adalah kelompok rasis dan anti-imigran. Anda juga memiliki politisi seperti Enoch Powell dengan pidato 'Rivers of Blood' dan Margaret Thatcher (perdana menteri saat itu) dengan pidatonya di parlemen tentang 'Inggris dibanjiri oleh imigran'. Ini memicu kebencian untuk orang-orang seperti saya. Itu adalah pertarungan yang konstan, entah itu di sekolah, di jalanan, di tempat kerja, di taman bermain…. Saya benar-benar tidak mengerti kebencian. Tapi skena football casuals di tahun 80-an mendobrak semua hambatan rasisme ini (sementara) karena sebagian besar rasis harus bersembunyi dan tetap diam karena beberapa top boys berasal dari etnis minoritas, jadi mereka yang rasis berhenti bersikap rasis secara terbuka dan menerima anda, pada nilai nominal, untuk siapa anda. Tetapi tampaknya semua rasis kini telah kembali dan menjadi sedikit sulit bagi etnis minoritas terutama Muslim dengan semua kebencian dan perpecahan yang diciptakan oleh ekstrimis, Nazi, Fasis, dan Media. Sepertinya kita sudah kehilangan kekompakan.)
RM: What is the thing that makes the fascists come back again now?
(Hal apa yang membuat para fasis kembali lagi sekarang?)
RK: They use the excuse of ‘freedom of speech’ to express their hatred and also, it’s certain politicians and public ‘figures’ like that idiot Tommy Robinson, Katie Hopkins, Donald Trump et al. Including the fake Iraq war, 9/11 and terror attacks in Europe. Brexit has also given these racists an excuse to spout out their hatred through this thin veil of ‘freedom of speech’. Immigration has always been a centre of debate here in the UK. Any politician who wants to gain votes just needs to mention immigration to gain votes. Not all Brexit voters are racist, but all racists voted for Brexit. These have given the racists a new lease of life to spew their hatred towards ethnic minorities. Put it this way if all Muslims were white the hate would be far less.
(Mereka menggunakan alasan 'kebebasan berbicara' untuk mengungkapkan kebencian mereka dan juga, politisi tertentu dan 'tokoh' publik seperti idiot Tommy Robinson, Katie Hopkins, Donald Trump dkk. Termasuk perang Irak palsu, 9/11 dan serangan teror di Eropa. Brexit juga memberikan alasan kepada para rasis ini untuk mengungkapkan kebencian mereka melalui selubung tipis 'kebebasan berbicara'. Imigrasi selalu menjadi pusat perdebatan di sini di Inggris. Politisi mana pun yang ingin mendapatkan suara hanya perlu menyebutkan imigran untuk mendapatkan suara. Tidak semua pemilih Brexit rasis, tetapi semua rasis memilih Brexit. Ini telah memberi para rasis kesempatan hidup baru untuk memuntahkan kebencian mereka terhadap etnis minoritas. Begini, jika semua Muslim berkulit putih, kebencian akan jauh berkurang.)
RM: Would you share the story why you were interested in this football casuals subculture at the first time?
(Maukah anda berbagi cerita mengapa anda tertarik dengan subkultur football casuals ini pada awalnya?)
RK: I was interested in this culture because I wanted to belong to a group who accepted you. But the primary reason why I wanted to be a Casual was the clothes. At school, I was the worst dressed as my parents were working class and most of the money they earned went in bills and sending money to their families back in Pakistan. I used to look at the kids wearing nice clothing and always wanted to look good. It’s a working class thing I suppose to look smart, like you are getting ahead in life, to show others how well you are doing but this is a façade. Leaving school, I still had this passion to be a well-dressed lad, but my influence was young gang type styles. So, you can imagine what the look would be. Tight jeans, Kung Fu slippers (as we did Martial Arts) and anoraks. It wasn’t until I saw a group of lads around early 1983 walking through a small shopping mall that really caught my attention. Led by a Rasta, they walked through, all wearing these amazing styles of clothes. Some wore deer stalkers, bright coloured jumpers and tracksuit tops, bleached jeans and trainers. I wanted that look! Yet, I did not know that this was a uniform or the look of a football hooligan. Designer clothes were really hard to attain, labels like Fila Borg, Pringles, Lyle & Scott, Sergio Tachinni, Ellesse, and Adidas. You had to go out and search for it, even if it meant travelling to London to acquire that special item of clothing so you can be that one better than your fellow colleague, that one upmanship. Even the hairstyles were great. So, I started adopting this style, but it wasn’t easy to purchase as they were pretty expensive, you had to scrape together every penny or pilfer the clothing or buy it second hand from the top boys. The camaraderie was also amazing, belonging to a group of lads who didn’t judge you for your colour or social status. We were known as the YTS (Young Trendy Squad) which was part of the Baby Squad. The laughs and loyalty we had for each other was something unique like in a sense Muslim brothers have for each other. The violence was an adrenaline rush like I have never ever encountered before and even up to now. That moment when you encounter another firm, the fear, the excitement, the anger, the adrenaline all wrapped into one. Nothing compares to this. Being 17 and looking good, dressed in designer clobber from head to toe! I wasn’t like that at school.
(Saya tertarik dengan budaya ini karena saya ingin menjadi bagian dari kelompok yang dapat menerima anda. Tapi alasan utama mengapa saya ingin menjadi Casual adalah pakaiannya. Di sekolah, saya berpakaian paling buruk karena orang tua saya adalah kelas pekerja dan sebagian besar uang yang mereka peroleh digunakan untuk membayar tagihan dan mengirim uang ke keluarga mereka di Pakistan. Saya biasa melihat anak-anak lain mengenakan pakaian bagus dan selalu ingin terlihat bagus. Ini adalah hal kelas pekerja yang saya kira untuk terlihat pintar, seperti anda maju dalam hidup, untuk menunjukkan kepada orang lain seberapa baik anda melakukannya tetapi ini adalah façade. Meninggalkan sekolah, saya masih memiliki hasrat untuk menjadi anak yang berpakaian bagus, tetapi pengaruh saya adalah gaya geng muda. Jadi, bisa dibayangkan seperti apa tampilannya. Jeans ketat, sandal Kung Fu (seperti yang kami lakukan di Seni Bela Diri) dan anoraks. Baru setelah saya melihat sekelompok pemuda sekitar awal 1983 berjalan melalui pusat perbelanjaan kecil yang benar-benar menarik perhatian saya. Dipimpin oleh Rasta, mereka berjalan melewati, semua mengenakan gaya pakaian yang menakjubkan ini. Beberapa mengenakan deer stalker, jumper berwarna cerah dan atasan pakaian olahraga, celana jins bleach dan sepatu trainers. Saya ingin tampilan itu! Namun, saya tidak tahu bahwa ini adalah seragam atau penampilan hooligan sepak bola. Pakaian desainer sangat sulit diperoleh, merek seperti Fila Borg, Pringles, Lyle & Scott, Sergio Tachinni, Ellesse, dan Adidas. Anda harus keluar dan mencarinya, bahkan anda harus pergi ke London untuk mendapatkan item pakaian khusus itu sehingga anda bisa menjadi yang lebih baik dari rekan kerja anda, yang meningkatkan kualitas. Bahkan gaya rambutnya bagus. Jadi, saya mulai mengadopsi gaya ini, tetapi tidak mudah untuk membeli karena harganya cukup mahal, anda harus mengumpulkan setiap sen atau mencuri pakaian atau membelinya secara langsung dari para one upmanship. Persahabatan itu juga luar biasa, menjadi bagian dari sekelompok pemuda yang tidak menilai warna atau status sosial anda. Kami dikenal sebagai YTS (Young Trendy Squad) yang merupakan bagian dari Baby Squad. Tawa dan kesetiaan yang kami miliki untuk satu sama lain adalah sesuatu yang unik seperti yang dimiliki saudara Muslim untuk satu sama lain. Kekerasan itu memacu adrenalin yang belum pernah saya temui sebelumnya dan bahkan hingga sekarang. Saat itu ketika anda bertemu dengan firm lain, ketakutan, kegembiraan, kemarahan, adrenalin yang semuanya terbungkus menjadi satu. Tidak ada yang sebanding dengan ini. Berusia 17 tahun dan terlihat bagus, mengenakan pakaian desainer dari ujung kepala sampai ujung kaki! Saya tidak seperti itu di sekolah.)
RM: okay brother thanks for that, I see the friendship against all racial prejudice in this firm, it's a good firm, but I just heard the Young Trendy Squad, would you tell us about that? Because we know you as a founder member of the Baby Squad.
(oke brother terima kasih untuk itu, saya melihat persahabatan melawan semua prasangka rasial di firm ini, itu firm yang baik, tetapi saya baru saja mendengar Young Trendy Squad, apakah anda akan memberi tahu kami tentang itu? Karena kami mengenal anda sebagai anggota pendiri Baby Squad)
RK: I wasn’t the founder of the Baby Squad, I was just a member. The original Baby Squad consisted of 60 members (from Netherhall, Thurnby Lodge, New Parks and Oadby), but this mushroomed to 400 to 500 as more and more gangs joined up. We had several different gangs infused into the Baby Squad. The YTS had around 25 members from different backgrounds like the Caribbean, Indian Irish, Yugoslavian, Greek, Pakistani, English, white, black and brown. All good lads, not all were tough, but they were game. The area where the YTS originated is known as the West End (Narborough Rd) an area of mixed cultures, so you can see this in our diversity as a group.
(Saya bukan pendiri Baby Squad, saya hanya seorang anggota. Baby Squad asli terdiri dari 60 anggota (dari Netherhall, Thurnby Lodge, New Parks dan Oadby), tetapi ini menjamur menjadi 400 hingga 500 karena semakin banyak geng yang bergabung. Kami memiliki beberapa geng berbeda yang dimasukkan ke dalam Baby Squad. YTS memiliki sekitar 25 anggota dari latar belakang berbeda seperti Karibia, Irlandia India, Yugoslavia, Yunani, Pakistan, Inggris, putih, hitam dan coklat. Semua teman yang baik, tidak semuanya tangguh, tapi mereka memainkan perannya. Area asal YTS dikenal sebagai West End (Narborough Rd), sebuah area budaya campuran, jadi anda dapat melihat ini dalam keberagaman kami sebagai sebuah kelompok. )
RM: Oh, sorry I was wrong, so it was you joined at the first time with YTS before Baby Squad?
(Oh, maaf saya salah, jadi kamu pertama kali bergabung dengan YTS sebelum bergabung dengan Baby Squad?)
RK: Yes, And my brother
(Ya, dengan saudaraku)
RM: Oh ya, why this firm called Young Trendy Squad?
(Oh ya, mengapa firm ini diberi nama Young Trendy Squad?)
RK: Named after the Youth Training Scheme’s YTS. My friend Mark Kelly came up with the name.
(Dinamai seperti Youth Training Scheme's YTS. Teman saya Mark Kelly yang menemukan nama itu. )
RM: What were the Young Trendy Squad doing at that time besides supporting Leicester City?
(Apa yang dilakukan Young Trendy Squad saat itu selain mendukung Leicester City? )
RK: Most of us were unemployed or in the final year at school. Occasionally working in menial jobs or on a YTS scheme. Mass unemployment whilst Thatcher was in power, jobs were scarce. Until mid 80’s when the economy became better, we started working on building sites or painting & decorating jobs.
(Sebagian besar dari kita menganggur atau di tahun terakhir sekolah. Kadang-kadang bekerja dalam pekerjaan kasar atau dalam skema YTS. Pengangguran masal saat Thatcher berkuasa, pekerjaan langka. Hingga pertengahan 80-an ketika ekonomi membaik, kami mulai mengerjakan situs pembangunan atau pekerjaan mengecat & mendekorasi. )
RM: Oh, in the 80's they are a working-class hero, it's cool brother.
(Oh, di tahun 80-an mereka adalah working class hero, itu keren brother)
RK: Yes, they were.
(Ya, itulah kami )
RM: We know you wrote a book Memoirs of an Asian Football Casual, what is the content story in this book?
(Kami tahu kamu menulis buku Memoirs of an Asian Football Casuals, apa isi dari buku ini?)
RK: My timeline from school to being a Casual, then discovering House and the drugs scene, then going through a period of darkness and eventually returning to Islam. There are also several stories from members of different gangs that were part of the Original Baby Squad. Members from the YTS, The Troopers, The BBB, The Wongs, the Blues Brothers, The Junkie Firm and of course the Original Baby Squad.
(Garis waktu saya dari sekolah menjadi seorang Casual, kemudian menemukan rumah dan tempat narkoba, kemudian melewati periode kegelapan dan akhirnya kembali ke Islam. Ada juga beberapa cerita dari anggota geng berbeda yang merupakan bagian dari Baby Squad asli. Anggota dari YTS, The Troopers, The BBB, The Wongs, The Blues Brothers, The Junkie Firm dan tentu saja Original Baby Squad.)
RM: Oh, I so interested in this story, I think it's so happy if I have this book, at Asia where I can buy this book?
(Oh, saya sangat tertarik dengan cerita ini, saya pikir sangat senang jika saya memiliki buku ini, di Asia di mana saya dapat membeli buku ini?)
RK: Hang on a second. I have to send you a link as I haven’t got any copies at all. And the publisher will not give me any more copies. Link to purchase https://www.olddogbooks.net/shop/olddogbooks/khan-memoirs-of-an-asian-casual/
(Tunggu sebentar. Saya harus mengirimi Anda link karena saya tidak punya salinan sama sekali. Dan penerbit tidak akan memberi saya salinan lagi. Tautan untuk membeli https://www.olddogbooks.net/shop/olddogbooks/khan-memoirs-of-an-asian-casual/ )
RM: Please tell us about 80’s football casuals movement at the time?
(Tolong beritahu kami tentang pergerakan 80’s football casuals saat itu?)
RK: What terms? As in groups? Best dressed? Biggest firm? Best firms?
(hal apa? Seperti dalam kelompok? Berpakaian terbaik? firm terbesar? firm terbaik?)
RM: Best firms, biggest firm and best dressed brother.
(Firm terbaik, Firm terbesar dan yang berpakaian terbaik brother)
RK: Okay
The best firms were
ICF West Ham
Millwall Bushwhackers
Birmingham Zulu Warriors
Cardiff Soul Crew
Portsmouth 6.57
Manchester United Red Army/Cockney Reds
Newcastle The Gremlins
Biggest firms were Manchester United and Newcastle, they had massive firms.
The best dressed were Arsenal and Leicester (true)
So top ten firms were in no particular order (except the first three)
ICF
Bushwhackers
Zulus
Soul Crew
Red Army
YIDS
Headhunters
The Herd
6.57
Forest Executive Crew
Frim terbaik adalah
ICF West Ham
Millwall Bushwhackers
Birmingham Zulu Warriors
Cardiff Soul Crew
Portsmouth 6.57
Manchester United Red Army/Cockney Reds
Newcastle The Gremlins
Firm terbesar adalah Manchester United dan Newcastle, mereka memiliki firm besar.
Yang berpakaian terbaik adalah Arsenal dan Leicester (benar)
Sepuluh firm teratas tidak dalam urutan tertentu (kecuali tiga yang pertama)
ICF
Bushwhackers
Zulus
Soul Crew
Red Army
YIDS
Headhunters
The Herd
6.57
Forest Executive Crew
RM: Oh ICF, Bushwhackers and Red Army so famous in my country, I think they're so cool.
(Oh ICF, Bushwhackers dan Red Army sangat terkenal dinegara ku, aku pikir mereka sangat keren )
RK: They were dangerous and well organized
(mereka berbahaya dan terorganisir dengan baik)
RM: After affecting movement and fashion around the world, what do you think about football casuals now?
(Setelah memengaruhi pergerakan dan fashion di seluruh dunia, apa pendapat anda tentang football casuals sekarang?)
RK: The football Casuals now aren’t the same as they are not inclusive as it was in the 80’s. They (now) tend to like Tommy Robinson and support Right Wing movements like the DFLA. Most have now become anti Muslim and anti-BLM (Black Lives Matter). It is not the same, everyone dresses the same, they look the same. In our time we wanted to be the best dressed and have clothing that would be different to what everyone else was wearing, we were dynamic always changing our look. Now it’s all Stone Island, CP and Adidas. It seems they have become stagnant and not venturing onto other labels like Plurimus, North Sea Clothing, Urban Bridge, Prung Terraceswear, Sugar & Spice etc. like a small minority of Casuals have. I still wear Stone Island and CP, but I go for the clothes that aren’t mainstream. Same with the Adidas trainers. For me it will never be the same as it was in the 80’s, it was a unifying movement that brought a lot of people together regardless of colour, religion or social status. Now it has become divisive.
(Football Casuals sekarang tidak sama karena tidak inklusif seperti di tahun 80-an. Mereka (sekarang) cenderung menyukai Tommy Robinson dan mendukung gerakan Sayap Kanan seperti DFLA. Kebanyakan sekarang sudah menjadi anti Muslim dan anti BLM (Black Lives Matter). Itu tidak sama, semua orang berpakaian sama, mereka terlihat sama. Saat ini kami ingin menjadi yang terbaik dalam berpakaian dan memiliki pakaian yang berbeda dari apa yang orang lain kenakan, kami dinamis selalu mengubah penampilan kami. Sekarang semuanya Stone Island, CP, dan Adidas. Tampaknya mereka telah menjadi stagnan dan tidak merambah ke label lain seperti Plurimus, North Sea Clothing, Urban Bridge, Prung Terraceswear, Sugar & Spice dll seperti minoritas kecil Casuals miliki. Saya masih memakai Stone Island dan CP, tapi saya memilih pakaian yang tidak umum. Sama dengan trainers Adidas. Bagi saya ini tidak akan pernah sama seperti di tahun 80-an, itu adalah gerakan pemersatu yang menyatukan banyak orang tanpa memandang warna kulit, agama, atau status sosial. Sekarang hal itu menjadi memecah belah.)
RM: Oh, I’m so shocked when I hear that so many people in the football casuals scene in England to be fascist now, it's not cool for now and ever, for fashion same in my country, Stone Island, CP and Adidas trainers especially City Series much admirer for many people.
(Oh, saya sangat terkejut ketika saya mendengar bahwa begitu banyak orang dalam skena football casuals di Inggris menjadi fasis sekarang, itu tidak keren untuk saat ini dan selamanya, untuk fashion sama seperti di negara saya, Stone Island, CP dan trainers Adidas terutama City Series banyak dikagumi oleh banyak orang)
RK: I have the Adidas City Series collection (designed by Christopher Binns of Size?) so far and do like the Adidas Spezial’s range which Well Gosh in Leicester always stock up on.
(Saya sejauh ini memiliki koleksi Adidas City Series (dirancang oleh Christopher Binns of Size?) Dan menyukai rangkaian Adidas Spezial yang selalu disimpan oleh Well Gosh di Leicester.)
RM: Waw, it's all good stuff brother and released with limited numbers but all these trainers have a same silhouette with Adidas Spezial 2004 and Adidas London 2010, I’m so bored with Adidas movement, lol
(Waw , itu semua stuff yang bagus dan rilis dengan jumlah terbatas tapi semua trainers ini punya siluet yang sama dengan Adidas Spezial 2004 dan Adidas London 2010, saya sangat bosan dengan movement Adidas, lol)
RK: Haha, they do look the same but to me they are still cool!
(Haha, itu memang terlihat sama, tapi bagiku mereka tetap keren)
RM: Please choose your three favourite items apparel and trainers’ shoes, related with football casuals scene, and why you choose it
(Pilih tiga item favorit Anda, yaitu pakaian dan trainers, yang berkaitan dengan football casuals scene, dan alasan Anda memilihnya)
RK: Wow that’s a tough one.
(Wow itu sulit)
RM: Haha you just choose three, lol
(Haha kamu hanya memilih tiga, lol)
RK: My favourite 3 items of clothing are:
Stone Island Tela Stella jacket because of the metal buttons and the colours. Stone Island base their designs on the military look. That’s what football firms were like, a military unit and that is what attracted us to that label.
Navy Arctic blue knit jumper, again, because it had a nautical look to it, very military (sold this years ago!)
Liberto 50 bomber style jacket as it had that 1950’s Teddy Boy feel to it (sold this as well!)
Footwear has to be the new Adidas City Series Shanghai, really lovely trainer and colourway. Big up Binns for the design!
(3 item pakaian favorit saya adalah:
Jaket Stone Island Tela Stella karena kancing logam dan warnanya. Stone Island mendasarkan desain mereka pada tampilan militer. Seperti itulah firm sepak bola, sebuah unit militer dan itulah yang membuat kami tertarik pada merek itu.
Navy Arctic Blue Knit Jumper, sekali lagi, karena memiliki tampilan bahari, sangat militer (dijual beberapa tahun yang lalu!)
Jaket gaya bomber Liberto 50 seperti yang dimiliki Teddy Boy tahun 1950-an (laku juga!)
Alas kaki haruslah Adidas City Series Shanghai yang baru, trainers dengan warna yang benar-benar indah. Besarkan Binns untuk desainnya!)
RM: As we thought, you have very good fashion taste, and Adidas Shanghai have a good colourway with navy, orange, purple and gold colour on font and adidas logo.
(Seperti yang kami duga, selera fashion anda sangat bagus, dan Adidas Shanghai memiliki corak yang bagus dengan warna navy, orange, ungu dan emas pada font dan logo adidas)
RK: Jazakhallahu khairun
(Jazakhallahu khairun)
RM: Oh, if you can share a story about best day of violence, we're so happy to hear that.
(Oh, jika anda dapat berbagi cerita tentang hari terbaik yang berkaitan dengan kekerasan, kami sangat senang mendengarnya)
RK: It was in October 1984 against Arsenal. The previous season, the Gooners came into our city centre and slashed up a young lad who was around 15 years old by another young Arsenal lad around the same age. I remember seeing this Leicester lad on the floor in the Haymarket with the police tending to him looking really scared. Horrible seeing that.
The Herd came to Leicester at 10am and they had a big firm. It was violent from that point until 9pm in the evening. In the late summer, Leicester had joined up with the Derby Lunatic Fringe. We were known as the DLA Derby Leicester Alliance; it was a good firm to be honest in terms of numbers and scrappers. They were many arrests that day something like 45. There were fights in and around ground, before, during and after the match. It was toe to toe. One of the Derby lads sustained a very serious head injury. The Herd were the best dressed firm I have ever seen, and they have kept that title for the coming seasons. This was the first time I had been racially abused by a black lad! Yep. Unbelievable! The violence didn’t end on that day, in the coming week they were court appearances due to the number of arrests and it also kicked off in the courts against the Arsenal lads!
(Itu pada Oktober 1984 melawan Arsenal. Musim sebelumnya, The Gooners datang ke pusat kota kami dan menebas seorang pemuda yang berusia sekitar 15 tahun oleh pemuda Arsenal lainnya yang seumuran. Saya ingat melihat pemuda Leicester ini di lantai di Haymarket dengan polisi yang merawatnya tampak sangat ketakutan. Mengerikan melihat itu.)
The Herd datang ke Leicester pukul 10 pagi dan mereka memiliki firm besar. Terjadi kekerasan sejak saat itu sampai jam 9 malam. Di akhir musim panas, Leicester bergabung dengan Derby Lunatic Fringe. Kami dikenal sebagai DLA Derby Leicester Alliance; itu adalah firm yang baik untuk jujur dalam hal jumlah dan pengikis. Mereka banyak ditangkap hari itu sekitar 45. Ada perkelahian di dalam dan sekitar lapangan, sebelum, selama dan setelah pertandingan. Itu ujung kaki sampai ujung kaki. Salah satu pemuda Derby mengalami cedera kepala yang sangat serius. The Herd adalah firma berpakaian terbaik yang pernah saya lihat, dan mereka mempertahankan gelar itu untuk musim-musim mendatang. Ini adalah pertama kalinya saya dilecehkan secara rasial oleh seorang pemuda kulit hitam! Ya. Luar biasa! Kekerasan tidak berakhir pada hari itu, dalam minggu-minggu mendatang mereka hadir di pengadilan karena banyaknya penangkapan dan itu juga dimulai di pengadilan terhadap para pemuda Arsenal!)
RM: An extremely long and gripping battle, how long did the rioting last?
(Pertempuran yang sangat panjang dan mencekam, berapa lama kerusuhan itu berlangsung?)
RK: All day!
(sepanjang hari!)
RM: Is this one of the most violent incidents?
(Apakah ini salah satu insiden paling kejam?)
RK: One of several..
(Satu dari beberapa)
RM: Nice to have a conversation with you, convey our greetings to family and friends there, best regards from us, may Allah give you more barakah and still healthy, jazakallah brother, see you. Good night brother.
(Senang berbincang dengan anda, sampaikan salam kami untuk keluarga dan teman-teman di sana, salam kami, semoga Allah memberi anda lebih banyak barakah dan tetap sehat, jazakallah brother, sampai jumpa. Selamat malam brother.)
RK: Wasalam and thank you. Take care brothers.
(Wasalam dan terima kasih, hati-hati brothers)
Interview oleh: Rifqi Maulana
Comments
sggmlofry —
Prung Interview with Riaz Khan from Baby Squad, Leicester City F.C – Terrace Menswear Specialist
sggmlofry http://www.g97b107jur1m369ek1obnbp9ek280c66s.org/
[url=http://www.g97b107jur1m369ek1obnbp9ek280c66s.org/]usggmlofry[/url]
asggmlofry
jsjviekiyd —
Prung Interview with Riaz Khan from Baby Squad, Leicester City F.C – Terrace Menswear Specialist
[url=http://www.gxg2018cy2v54vvq5a7a5s8tlx426e33s.org/]ujsjviekiyd[/url]
ajsjviekiyd
jsjviekiyd http://www.gxg2018cy2v54vvq5a7a5s8tlx426e33s.org/
ezyowcgdx —
Prung Interview with Riaz Khan from Baby Squad, Leicester City F.C – Terrace Menswear Specialist
ezyowcgdx http://www.gfjqv063v6cb9z7y8cp21mwb2680z513s.org/
[url=http://www.gfjqv063v6cb9z7y8cp21mwb2680z513s.org/]uezyowcgdx[/url]
aezyowcgdx
cmzsyihr —
Prung Interview with Riaz Khan from Baby Squad, Leicester City F.C – Terrace Menswear Specialist
[url=http://www.gt2wyxm08w36276av0t2f72g41v6gjw5s.org/]ucmzsyihr[/url]
cmzsyihr http://www.gt2wyxm08w36276av0t2f72g41v6gjw5s.org/
acmzsyihr
xsdvrhywiw —
Prung Interview with Riaz Khan from Baby Squad, Leicester City F.C – Terrace Menswear Specialist
[url=http://www.g8zsf90y9d63292s0j3fk8ek1qz933xfs.org/]uxsdvrhywiw[/url]
axsdvrhywiw
xsdvrhywiw http://www.g8zsf90y9d63292s0j3fk8ek1qz933xfs.org/
osejoguxoxo —
omuoyukiho —
edicizooze —