Skip to main content

A Little Tracksuits Story

A Little Tracksuits Story

You don’t have to play a sport to appreciate sportswear, kalimat yang sangat tepat bagi pecinta sportswear yang tanpa memperdulikan orang lain dan lingkungan sekitarnya berkata apa. Tanpa tedeng aling aling, membulatkan tekad untuk sedikit membahas tentang sportswear, tracksuits khususnya. Pasti sih kalau ngomongin masalah fashion bakalan ada pro kontra nya, semua orang pasti punya selera masing-masing, tapi sportswear menjadi bagian dari fashion yang elegan yang diminati banyak kalangan sampai detik ini, khususnya anak muda.

 

Ngomongin tentang tracksuits pasti kita langsung mikir “pakean olahraga? Emang enak ya buat daily?” atau mungkin ketika kita menggunakan pakaian olahraga pasti orang langsung ngomentarin “pake jaket timnas nih” atau apalah, banyak komentar lainnya pasti, tapi fyi, tracksuits are an mvp of modern day fashion!. Lalu darimana tracksuits ini berasal? Atau gimana sih awalnya tracksuits bisa jadi pakaian olahraga yang familiar di kalangan anak muda dan khalayak luas lainnya? Sampai bisa jadi pakaian yang digandrungi jadi pakaian sehari-hari. Check it out!.

 

Di tahun 1960-an, saat kemakmuran abad pertengahan memberi jalan bagi teknologi "space age", dan pada era inilah tracksuit lahir. Menggabungkan kain nilon sintetis, iterasi awal ini menjadi dasar untuk pakaian olahraga zaman modern yang biasa digunakan dengan satu set celana dan jaket monokromatik, dengan risleting yang terlihat seperti sanggurdi yang ditampilkan pada model-model sebelumnya dari adidas. Tracksuits muncul pada tahun 1960-an, dan seperti namanya, populer di kalangan atlet lari dan lapangan. Digunakan untuk pemanasan, variasi aslinya sering kali terbuat dari katun, poliester, atau kain terry bahan yang dirancang untuk melindungi dan menjaga kehangatan atlet sebelum kompetisi.

 

Pada 1960-an, pelari bintang Amerika seperti Messrs John Carlos dan Tommie Smith terlihat melakukan pemanasan dalam set atas dan bawah yang serasi - meskipun dalam sentuhan yang biasa saja, saat itu jaket biasanya menampilkan kancing untuk mengganti ritsleting. Edisi awal ini juga sering dibuat dari katun dan kain terrycloth.

Namun rupanya brand raksasa asal Jerman sudah lebih dulu memproduksi tracksuit pertamanya yang memengaruhi dunia fashion hingga saat ini. Adidas, pada tahun 1967 bekerja sama dengan pemain sepak bola asal Jerman yaitu Franz Beckenbauer. Tracksuits yang dimaksud telah ada selama 64 tahun, dan nama aslinya adalah Beckenbauer.

 

Mereka melabeli tracksuit itu dengan nama "Der Kaiser". Pada akhir 1960-an dan awal 1970-an, bintang sepak bola Jerman Franz Beckenbauer adalah (setelah Pelé) orang paling terkenal di lapangan. Selalu siap tapi tak kenal lelah, ia berhasil membawa Bayern Munich ke beberapa kejuaraan Eropa dan, pada tahun 1974, meraih kemenangan Piala Dunia. Dalam perjalan hidupnya, dia telak melakukan revolusi mode global.

 

Pemain yang dijuluki dengan julukan “tangan dingin” ini membantu Adidas melakukan itu. Sudah menjadi nama yang terkenal dalam dunia olahraga (pendiri perusahaan Adi Dassler membuat sepatu bola dan track pertamanya pada tahun 1925), setelah empat dekade, Adidas akhirnya memutuskan, tibalah waktunya untuk menguji sisi bisnis pakaian. Pada tahun 1967, itu memperkenalkan pakaian olahraga pertama mereka yang menggaet Beckenbauer untuk mendukungnya.

 

Pakaian yang digunakan ketika para atlet melakukan pemanasan bukanlah hal baru bagi para atlet, tujuannya adalah agar para atlet yang mengenakannya tetap hangat sebelum dan sesudah pertandingan. Tapi Adidas menambahkan bakat fashion yang sampai sekarang belum terlihat. Menolak wol baggy dari tahun-tahun sebelumnya, setelan Beckenbauer terbuat dari material yang ramping dan ringan, dengan kerah tinggi dan ritsleting penuh di bagian depan. Itu datang dalam warna-warna cerah. Yang paling berkesan, desainer Adidas menggunakan garis tiga khas merek tersebut dari sepatu dan menjulurkannya ke sepanjang lengan dan kaki dari tracksuits tersebut.

Pada tahun 70-an, olahraga menjadi pokok non-atletik. Secara fungsional, tracksuits banyak berutang pada jogging dan para pendaki gunung. Dengan popularitas joging yang meningkat di tahun 1970-an, dan minat pada orang-orang yang melakukan latihan sendiri, baju tracksuits menjadi perlengkapan utama bagi para atlet rekreasi. Salah satu mode atletik lainnya di era ini adalah mendaki gunung, yang dimana hal ini memicu merek seperti Patagonia untuk berinovasi dengan kain yang dapat menangani aktivitas tersebut. Kain yang sama yang dirancang untuk mengisolasi para penggunanya pasti menemukan kehidupan baru saat diaplikasikan pada baju olahraga dan atasan.

 

Tapi ini juga dekade ketika baju olahraga menjadi relevan secara budaya seperti halnya atletis. Dengan maraknya music disko pada tahun 70-an, genre ini menciptakan budaya yang akan memadukan antara casual dan mencolok. Ini adalah mentalitas yang membantu membuat jumpsuits dan lebih jauh lagi, tracksuit  menjadi pemandangan yang jauh lebih umum. Ditambah dengan kebangkitan film kung-fu dan aktor atletik seperti Bruce Lee dengan pakaian olahraga one-piece-nya yang ramping dalam film Game of Death adalah ikon dalam Hollywood dan dari dirinya sendiri, tracksuits tersebut dapat dianggap sebagai pakaian tersendiri. Melihat model-model adidas lama dari era tersebut membuktikan bahwa track top tidak seperti yang kami pikirkan, seringkali dengan mempertimbangkan detail yang lebih formal seperti kerah, penutup kancing, dan fokus pada penjahitan. Pada tahun 70-an juga, adidas mengantarkan siluet yang lebih disesuaikan untuk tracksuits, itu hanya masalah waktu karena tracksuits dengan cepat menemukan kehidupan yang jauh dari arena olahraga.

 

Tracksuits merasuk dalam kehidupan khalayak luas sebagai pakaian yang sudah umum digunakan, tidak hanya untuk digunakan dalam arena olahraga. Pada akhir tahun 70-an, salah satu musisi kondang asal Jamaica yaitu Robert Nesta Marley, atau yang biasa dikenal dengan nama Bob Marley ini sering terlihat menggunakan tracksuits. Musisi yang lahir di Nine Mile Jamaika pada tahun 1945 ini menjadi sosok yang sangat menggilai dunia sepak bola, tidak heran jika ia sering terlihat menggunakan trackuits dalam aktifitas sehari-hari nya, dan hal ini membuktikan bahwa tracksuits tidak hanya untuk para atlet dan merambah dunia musik kontemporer.

Masuk ke tahun 1980, hal ini juga terjadi di Inggris, subkultur football casual yang berpusat pada sepak bola membantu mendorong gaya ini secara internasional. Mulai tahun 80-an dan melewati tahun 90-an, tracksuits sering dikaitkan dengan firm casual di kalangan orang Eropa, terutama di Inggris. Ketika berbagai klub sepak bola Inggris membuktikan kekuatan mereka selama pertandingan turnamen internasional di Italia dan Prancis, para pendukung klub akan mendapatkan tracksuits dari Sergio Tacchini dan Fila. Jika suporter klub mengenakan tracksuits terbaru dari luar negeri, itu berarti klub itu sangat bagus. Pada dasarnya, tracksuits adalah hak menyombongkan diri dalam bentuk fisik. Skena rave yang berkembang di Eropa juga dan memilih tracksuits, berkat desainnya yang penuh warna, serta kenyamanan dan kegunaannya. Sekali lagi, You don’t have to play a sport to appreciate sportswear.

 

Setelah melewati tahun 90-an, tracksuits tetap digemari oleh banyak orang di Inggris. Selain daripada para penggiat skena football casuals, musisi Inggris pun turut mengadopsi gaya berpakaian yang digemari oleh pemuda ditahun 80-an. Untuk beberapa band asal Inggris seperti Oasis, Blur, dan The Stone Roses, tracksuits menjadi pilihan simbolis sekaligus gaya, yang menampilkan akar kelas pekerja dari band-band ini. Tracksuits juga menjadi favorit para pengunjung tetap di kancah rave underground Eropa. Semua orang dari anak-anak gabber di Amsterdam hingga pengunjung klub di London Jungle Scene yang juga mencintai tracksuits sebagai keseimbangan serbaguna antara kenyamanan dan ekspresi diri.

Setelah mewabah dalam dunia musik di Inggris, rupanya tracksuits dan subkultur di Inggris juga mengilhami para movie maker dan para penulis disana. Nick Love, salah satu sutradara dan penulis asal Inggris sepertinya memiliki ketertarikan tersendiri terhadap subculture football casuals ini. Setelah sebelumnya ia terlibat dalam pembuatan film The Football Factory ditahun 2004, pada tahun 2009 ia kembali menyutradarai film yang menceritakan tentang subculture football casuals, The Firm. Bersama Vertigo Films dan Warner Bros Picture, Nick Love mengemas The Firm dengan cukup menarik dengan balutan latar belakang aktor yang ada difilm ini, Nick Love juga rupanya tidak melupakan fashion yang sangat diperhatikan dalam subculture ini. The Firm 2009 ini adalah remake dari film yang memiliki judul yang sama yaitu The Firm 1989 yang dibintangi oleh Gary Oldman pada saat itu.

 

Dengan tidak merubah set yang berlatar tahun 80an, Nick Love juga menceritakan cerita yang sama dari film The Firm 1989 tetapi memiliki sudut pandang yang berbeda dari film pendahulunya. Tidak hanya itu, fashion yang ditampilkan dalam film ini juga terlihat sangat menarik ketika hampir semua pemerannya menggunakan pakaian yang biasa digunakan oleh para penggiat football casuals di era 80an seperti tracktop, trainers shoes, track pants, roll neck, knitwear, jaket parka hingga bucket hat yang membawa kita semakin larut dalam nuansa 80s.

Salah satu aspek paling menarik dari tracksuits ini adalah sifatnya yang hampir ada di mana-mana dalam budaya pop. Secara khusus, ia memiliki keterikatan unik dalam dunia kejahatan terorganisir. Tracksuits yang longgar adalah favorit para mafia, termasuk John Angelo “Junior” Gotti. Penampilan itu tercermin dalam fiksi yang paling menonjol dalam drama kriminal HBO TV The Sopranos. Film-film seperti Goodfellas, Reservoir Dogs, La Haine dan The Departed juga memilih untuk mengenakan tracksuits bagi penjahat dalam film mereka.

 

Selain gangster, mafia, dan penjahat, film yang mengangkat kisah “nerd” pasti akan mengingat tracksuit adidas merah yang mencolok dalam film The Royal Tenenbaums. Film yang disutradarai oleh Wes Anderson dibintangi oleh Ben Stiller sebagai Chas Tenenbaum yang berperan sebagai seorang duda neurotik yang harus siap menghadapi segala bentuk bahaya telah membuatnya menghiasi seluruh keluarganya dengan tracksuits adidas merah yang menawan. Siapa pun yang menonton film tersebut pasti akan mengingat energi Chas dan anak-anaknya yang dengan panik berlarian ke dalam rumah dalam simulasi latihan kebakaran.

Penulis: Rifqi Maulana

Comments

Be the first to comment.

Your Cart

Your cart is currently empty.
Click here to continue shopping.
Thanks for contacting us! We'll get back to you shortly. Thanks for subscribing Thanks! We will notify you when it becomes available! The max number of items have already been added There is only one item left to add to the cart There are only [num_items] items left to add to the cart