Naked Fussball dan Bentuk Protes Terhadap Sepak Bola Modern

Naked Fussball dan Bentuk Protes Terhadap Sepak Bola Modern

Against Modern Football, istilah yang sering terdengar atau terlihat dalam stadion sepak bola maupun dalam bentuk lainnya yang berbau protes. Memang bukan menjadi hal yang baru, istilah itu pun terkadang tidak berdiri sendiri, namun sering juga dilengkapi dengan kalimat “Football For You and Me Not For Fucking Industry” Makna di balik kata kedua istilah tersebut bagi para pecinta sepak bola memang menjadi salah satu dari sekian banyak istilah yang melekat dan memiliki makna perlawanan dalam segala bentuk perubahan keabsahan tentang suatu tim ataupun sepak bola itu sendiri.

 

Modern Football seolah telah menjadi momok bagi para pecinta olahraga yang digandrungi oleh khalayak luas dari berbagai kalangan. Sejak awal kemunculannya, sepak bola modern memang sudah berorientasi pada bisnis yang dijalankan oleh para kaum borjuis yang mencoba bertaruh peruntungan pada dunia olahraga. Dirasa tidak mungkin jika kita selalu mengelu-elukan bahwa sepak bola kembali pada hakikatnya, permainan tanpa batas yang dapat dinikmati oleh semua kalangan.

 

Selain daripada kaum borjuis yang mencoba peruntungannya, sepak bola juga rupanya sudah dirasuki oleh para kapitalis yang memodifikasi permainan ini sedemikian rupa. Jangan heran jika dalam satu pertandingan kita dapat banyak menyaksikan papan iklan dari perusahaan kenamaan yang memasang iklannya dalam suatu gelaran. Tidak hanya sampai disitu, pakaian dan perlengkapan lainnya pun seolah menjadi sesuatu yang sangat wajib digunakan oleh seseorang yang mencoba untuk memainkan permainan yang menjadi hiburan bagi kaum kelas pekerja ini. Jangan harap kalian akan mendapatkan perhatian yang lebih jika pakaian atau perlengkapan sepak bola lainnya yang kalian pakai tidak berasal dari merek kenamaan!

 

Dengan dalih pembangunan dan meningkatkan kualitas, sepak bola modern ini justru mengubah identitas, tradisi dan budaya yang dimana sejatinya sepak bola adalah permainan milik kelas pekerja. Karena sepakbola harus bersih dari segala kepentingan perorangan atau kelompok seperti, politik, kekuasaan, pencitraan, dan intrik lainnya. Hal ini sudah jelas menjadi slogan yang sering mereka pertontonkan dan kita lihat yaitu “My Game Is Fair Play”, yang memiliki makna harus sportif, respect satu sama lain dan tidak kontroversial, namun apakah itu semua sudah terlaksana? Atau itu semua hanya untuk semua pemain yang berada di lapangan saja?

Pada tahun lalu, tepatnya pada hari Minggu, 16 Agustus 2020. Dua tim sepakbola amatir di Jerman memutuskan untuk melakukan tindakan yang tidak lazim dan terkesan cukup unik sebagai upaya mereka dalam mengkritisi komersialisasi pada sepakbola. Mereka menggelar pertandingan persahabatan, pertandingan yang berlangsung ini memang sama seperti pertandingan lainnya yang diperkuat oleh 11 pemain dari kedua kesebelasan yang berlaga. Namun aksi yang cukup unik ini terdapat pada apa yang mereka pakai, ke-22 pemain yang berada diatas lapangan hanya menggunakan sepatu sepak bola dan kaus kaki panjang, hanya sepatu dan kaus kaki saja? Ya, tidak ada sehelai pakaian yang mereka pakai.

 

Pertandingan sepak bola ini dimainkan oleh pemain yang benar-benar telanjang! Pertandingan unik ini dimainkan di kota Oer-Erkenschwick, yang terletak di wilayah Ruhr di provinsi Rhine-Westphalia Utara. Lalu, cara untuk membedakan tim dari kedua tim yang bertanding dilapangan gimana? Mereka memakai kaus kaki dengan warna yang berbeda untuk mengetahui mana teman dan lawan main dari pertandingan tersebut. Sementara itu nomor punggung yang biasanya ada di jersey pun mereka ubah dengan menggunakan cat di punggung telanjang mereka dengan warna yang berbeda dari tim lawan.

Pertandingan ini sendiri diinisiasi oleh seniman asal Jerman, Gerrit Starczewski. Tujuan pertandingan itu bukan hanya untuk menciptakan sebuah pertunjukan atau pameran kesenian seperti yang biasa dilakukan oleh banyak seniman lain. Seniman berusia 35 tahun itu mengatakan bahwa dia mencoba melakukan protes atas komersialisasi sepak bola. Ini mungkin tampak seperti keluhan yang juga dimiliki oleh banyak pecinta sepak bola di dunia.

 

Gerrit Starczewski memiliki pandangan bahwa uang telah menjadi sesuatu yang sangat penting bagi olahraga dan sepak bola khususnya, ditambah lagi dengan perkembangan zaman yang membuat permainan ini terus di eksploitasi dengan dalih “modern” selain daripada itu, seniman asal Jerman ini juga meyakini bahwa komersialisasi dalam sepak bola telah menghilangkan beberapa kesenangan organik yang terkait dengannya. "Sistem sepak bola sedang sakit, itu sebabnya kami semua telanjang," ujar Gerrit Starczewski kepada salah satu majalah olahraga. “Semua orang ingin memiliki keaslian. Tapi saya pikir anda hanya sangat otentik jika anda melakukannya tanpa semua hal lain, benar-benar segalanya, dari spanduk iklan hingga pakaian.”

Tetapi rupanya protes Gerrit Starczewski tidak hanya mengenai aspek keuangan dan korupsi dalam permainan sepak bola. Dia juga menekankan tujuan dari aksi yang ia lakukan adalah sebuah tindakan melawan apa yang khalayak luas anggap sebagai "ideal kecantikan yang salah." Dalam sebuah argumen yang tidak jauh berbeda dengan apa yang akhir-akhir ini disuarakan beberapa orang dalam cuitan mereka terhadap dunia mode Gerrit Starczewski beranggapan bahwa para pemain dipaksa untuk menyesuaikan diri dengan stereotip bentuk tubuh.

 

“Dengan tindakan telanjang saya, saya juga ingin memberi contoh untuk keragaman dan kealamian dan melawan ketergantungan dan pengaruh media sosial dan cita-cita kecantikan yang salah. Semuanya harus sempurna di sana juga, dan pada akhirnya itu semua tentang komersialisasi ,” pernyataan terakhir seniman tersebut.

Aksi yang dilakukan oleh Gerrit Starczewski ini menyentuh inti dari apa yang tidak banyak disadari orang bahwa sepakbola telah dikomersialisasi dan terus tumbuh hingga hari ini dengan dukungan dari media yang terus melabeli bahwa sepak bola hanya dimainkan oleh orang-orang yang memiliki tubuh ideal dengan perlengkapan terbaru. Juga yang paling penting, pertandingan yang ia gelar tidak lama dari Presiden FIFA, Gianni Infantino dituduh oleh jaksa Swiss melakukan korupsi yang merajalela, sistematis dan mengakar.

 

Memang sulit rasanya jika sepak bola modern tidak berbicara tentang uang dan keuntungan semata. Bagaimana tidak, seorang pemain mega bintang selalu diukur dengan nilai transfer yang sangat fantastis. Pemain bintang selalu mendapatkan guyuran uang yang membuat mereka bertindak semaunya. Gaya hidup pemain bintang yang bergelimang harta ini berdampak menjadi role model pemain muda masa kini yang tidak peduli akan sejarah suatu tim.

 

Hal itulah yang ditentang oleh Gerrit Starczewski yang mengambil tindakan protes dengan menggelar pertandingan sepakbola telanjang. Bahwa kini standar sepakbola selalu diukur dengan apa yang pemain pakai dan berapa banyak uang yang pemain itu dapatkan. Sementara itu, bakat pemain menjadi urusan sampingan yang dipikirkan belakangan.

 

Sepak bola modern telah melupakan masa lalu dan identitasnya. Bahkan, sejarah tim dan tradisi dari tim itu sendiri dapat dimodifikasi hingga dirubah dengan begitu mudah. Pekikan suara supporter dan fans yang mencoba meneriakan suatu aspirasi didalam maupun diluar stadion pun tidak mendapatkan tanggapan serius dari pengelola tim dan federasi, jangankan mendapatkan tanggapan, sebagi pertimbangan untuk memutuskan sebuah keputusan pun rasanya tidak, selamat, ini semua adalah sepak bola modern yang banyak orang dambakan. Dan hingga akhirnya, supporter hanyalah seekor hewan gembala yang terus diperas dan dicekoki permainan yang mereka mainkan guna mengalirkan keuntungan, sebagai contoh, kita diperas dengan menjual tiket dengan harga yang tinggi. Tak ada yang peduli ketika perlahan para fans mengeluh akan hal itu.

 

Meskipun materi dan tolak ukur pemain dengan bentuk tubuh ideal masih menjadi sesuatu yang sangat melekat dalam tubuh sepak bola hingga saat ini, tindakan dan aksi protes yang dilakukan oleh seniman asal Jerman ini rupanya perlu di apresiasi atas tindak nyata yang ia lakukan. Tanpa atau dengan komersialisasi, sepak bola menjadi permainan yang syarat akan intrik dan dinikmati khalayak luas hingga detik ini, selamat menikmati komersialisasi yang membuat pecinta dan penikmat sepak bola semakin ribet dalam memandang permainan yang indah nan sederhana ini.

Your Cart

Your cart is currently empty.
Click here to continue shopping.