Dendam Kesumat Antara Inggris dan Jerman

Dendam Kesumat Antara Inggris dan Jerman

Persaingan dalam dunia sepak bola Eropa memang menjadi sesuatu yang sangat menarik dan terperinci. Rivalitas yang diusung oleh klub sepak bola Benua Biru ini syarat akan sisi sejarah, sudut pandang politik sosial dan hal lainnya yang sangat melekat. Bagaimana tidak, ketika kita mengingat rivalitas antara HSK Zrinjski Mostar dan FK Velez Mostar di Bosnia dan Herzegovina yang dilabeli dengan “Mostar Derby” ini syarat akan isu politik dan sosial yang mewarnai pertemuan kedua tim ketika memasuki lapangan hijau.

 

Selain daripada nilai historis dan sudut pandang politik, nasionalisme, patriotisme dan egosentris menjadi latar belakang dari pertandingan yang memilki tensi panas yang sangat amat tinggi dalam pertandingan sepak bola. Mengingat menjadi sebuah permainan yang sangat sederhana dan dapat dinikmati oleh berbagai kalangan, sepak bola terus berevolusi menjadi media yang sangat berpengaruh dalam sebuah pergerakan, baik pergerakan yang memiliki tujuan tertentu hingga menjadi media yang sangat berkompeten untuk menunjukkan eksistensi dan kekuatan suatu klub sampai negara-negara yang memiliki tim yang sangat kuat.

 

Mengingat persaingan dunia sepak bola dalam skala negara, rupanya kita tidak dapat melupakan persaingan ketat antara Inggris dan Jerman. Kedua negara yang berada di dataran Eropa ini memang sudah sejak lama bersaing, terlebih sebelum sepak bola modern dimainkan di atas lapangan hijau yang dipenuhi dengan warna-warni kelompok suporter dengan segala kemegahan yang ditawarkan oleh fasilitas stadion di masing-masing negara tersebut. Sepak bola bukan hanya sekedar permainan belaka, bagi kedua negara ini, sepak bola menjadi sesuatu yang dapat menentukan siapa yang paling kuat, hal ini diakibatkan oleh persaingan jangka panjang yang terjadi di antara Inggris dan Jerman.

 

Persaingan yang berujung dengan pertempuran yang syarat akan gengsi antara Inggris versus Jerman memang selalu menjanjikan duel penuh dengan "pertumpahan darah segar", bahkan sejak perang dunia pertama terjadi. Sebagai negara yang kental akan pemahaman kolonialisme memang menjadi negara yang berhasil mencapluk negara-negara yang tidak berkembang. Sedangkan Jerman yang percaya diri akan kekuatan militer selalu menjadi pesaing yang terus menjadi momok bagi negara yang berjuluk “land of hope and glory”. Perang Dunia menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan persaingan antara Inggris dan Jerman, hingga menjadi titik vital dalam perseturuan mereka di kancah sepak bola.

 

Persaingan dalam Perang Dunia

Britania Raya memiliki angkatan laut terbesar di dunia. Sementara itu, Wilhelm II ( Kaisar Jerman dan Raja Prusia terakhir) menginginkan angkatan laut Jerman diperbesar dan Laksamana Agung Alfred von Tirpitz mendorong dikeluarkannya empat Undang-Undang Armada dari tahun 1898 hingga 1912 yang akan memperbesar armada laut lepas Jerman. Tujuan Jerman adalah membangun armada yang besarnya 2/3 armada Britania. Rencana ini dipicu oleh ancaman Biro Luar Negeri Britania pada Maret 1897 (setelah invasi Transvaal oleh Britania memulai Perang Boer) bahwa Britania akan memblokade pesisir Jerman bila mereka turut campur dalam konflik di Transvaal. Perlu dicatat bahwa semenjak tahun 1905, angkatan laut Britania telah mengembangkan rencana yang menjadikan blokade sebagai strategi utama.

 

Berdasarkan kebijakan pertahanan Britania, angkatan laut Britania harus paling tidak memiliki armada yang sama besarnya dengan dua angkatan laut terbesar setelah Britania. Hal ini tidak berhasil dicapai akibat masalah keuangan dan logistik serta jumlah kapal Jerman dan Amerika Serikat yang terlalu besar. Namun, saat perang meletus pada tahun 1914, Britania masih memiliki angkatan laut terbesar dan terkuat di dunia.

 

Britania berhasil membangun kapal HMS Dreadnought dalam waktu 14 bulan saja dan pada permulaan Perang Dunia Pertama memiliki 49 kapal tempur, sementara Jerman hanya memiliki 29 saja. Walaupun perlombaan senjata laut tetap berlangsung, Jerman tidak dapat menutup kesenjangannya dengan Britania akibat masalah ekonomi.

 

Britania menanggapi upaya Jerman untuk melawan dominasi laut Britania dengan melakukan pembangunan angkatan laut besar-besaran dari tahun 1902 hingga 1910 agar tetap lebih unggul dari Jerman. Kapal-kapal baru yang revolusioner dibangun berdasarkan kapal HMS Dreadnought yang diluncurkan pada tahun 1906. HMS Dreadnought, kapal yang membuat persaingan senjata laut Inggris-Jerman menjadi sangat sengit dan pada saat yang sama memicu persaingan dreadnought di seluruh dunia.

Pada tahun 1912, Kanselir Jerman Bethmann Hollweg mengakhiri perlombaan senjata laut ini. Tujuannya adalah untuk mencapai kesepahaman dengan Britania dan memperbaiki posisi Jerman yang semakin terisolasi di dunia diplomasi. Pembangunan angkatan darat Rusia juga mendorong Jerman untuk memprioritaskan pengeluarannya untuk angkatan darat. Inisiatif ini menghasilkan Misi Haldane yang mengusulkan agar Jerman menerima keunggulan laut Britania dan sebagai gantinya memperoleh jaminan kenetralan Britania bila Jerman tidak menjadi agresor dalam suatu perang. Usulan ini ditolak karena Britania sama sekali tidak diuntungkan oleh perjanjian semacam itu.

 

Deklarasi Perang Inggris Terhadap Jerman dan Perang Dunia.

Pada tanggal 4 Agustus 1914, Inggris menyatakan perang terhadap Jerman. Meskipun perang secara resmi telah berlangsung selama beberapa hari, peristiwa yang mengarah ke sana telah berlangsung untuk sementara waktu. Inggris menyatakan perang terhadap Jerman karena mereka menginvasi Belgia yang selama ini netral.

 

Tidak ada TV saat itu sehingga orang-orang di Inggris membuka koran mereka pada pagi hari tanggal 4 Agustus dan mengetahui bahwa perang telah dimulai. Berita itu adalah berita halaman depan dengan tajuk utama seperti "Great Britain Declares War On Germany" dan lebih sederhana, "Perang!"

Pada kurun waktu Juli 1914 hingga November 1918 terjadi Perang Dunia I antara dua kekuatan besar, yakni Blok Sekutu dan Blok Sentral. Sekutu terdiri dari Britania Raya (Inggris), Prancis, dan Rusia. Sedangkan Blok Sentral terdiri atas Jerman, Austria-Hungaria dan Italia.

 

Perumpahan darah selalu tercatatkan dalam salah satu perang terbesar dalam sejarah. Salah satunya yang terjadi pada 107 tahun silam, tepatnya pada 16 Desember 1914 ketika Jerman menyerang Inggris. Pada hari yang kelam itu, sekitar pukul 08.00 pagi waktu setempat, kapal jelajah Jerman memborbardir angkatan laut Inggris secara tiba-tiba di Hartlepool dan Scarborough, kota pelabuhan utara Britania.

 

Pasukan Jerman menjatuhkan bom secara membabi buta ke kota Inggris yang berlangsung sekitar 90 menit. Setidaknya 130 warga sipil tewas dan 150 orang lainnya terluka. Hal ini mendapat kecaman keras dari Inggris. Sementara Jerman menilai serangan ini sah karena kota tersebut telah dibentengi sangat ketat.

 

Tidak lama dari itu, Inggris melakukan serangan balik ke pasukan Jerman. Dua kelompok pasukan Inggris menggempur kapal tempur Jerman. Jerman pun tak gentar. Alhasil pertempuran besar tak terelakkan. Jerman yang dipimpin Laksamana Friedrich Ingenohl tak kalah sigap menggempur pasukan Inggris yang dipimpin Laksamana Maximilian Von Spee.

 

Adu strategi serangan pun terjadi. Di mana Jerman kembali menggunakan taktik serupa dengan melakukan serangan kejutan dari pasukan yang muncul secara tiba-tiba untuk menyerbu Inggris. Pada akhirnya, pasukan Inggris kalah dan terpukul mundur. Kendati demikian, pimpinan militer Inggris berhasil menyelamatkan diri dan gagal ditangkap pihak Jerman.

Pertempuran antara Inggris dan Jerman tidak berhenti begitu saja. Pertumpahan darah ini terus berlanjut dalam Perang Dunia ke-2. Setelah berhasil menundukkan Prancis, Hitler mengira Inggris pasti bersedia untuk berdamai, sehingga Jerman bisa dengan mudah menyerang Rusia. Namun rupanya kanselir Jerman itu salah, Inggris tidak menghendaki suatu kekuasaan mencapai hagemoni di daratan Eropa, yang akan bertentangan dengan politik luar negeri yang secara tradisional dijalankan oleh semua pemerintahan Inggris. Hitler berkali-kali memohon perdamaian pada Inggris namun ditolak. Tanggal 16 Juli 1940, Hitler mengeluarkan surat perintah nomor 16 yang isinya mengadakan persiapan untuk invasi ke Inggris. Tetapi pihak Jerman saat itu masih belum memiliki rencana untuk menduduki kepulauan Inggris.

 

Pertempuran ini dijuluki juga sebagai “Battle of Britain” pertempuran antara Luftwaffe (Angkatan Udara Jerman) dengan RAF (Angkatan udara Inggris) pada tahun 1940-41. pertempuran ini dilatari oleh upaya Jerman untuk membom daratan Inggris dari udara. upaya ini dicegah oleh RAF yang mengirim pesawat-pesawat tempurnya untuk menghadang skuadron pesawat tempur Jerman, sebab pemerintah Inggris sadar bila udara Inggris sampai dikuasai Jerman, maka akan sangat mudah bagi Jerman untuk menginvasi Inggris melalui operasi Singa Laut.

Pada pertempuran ini AU Jerman (Luftwaffe) mengerahkan 1.200 Pesawat Pembom maupun Pemburu yang terdiri dari jenis Heinkel He-111H (Pembom medium), Junkers JU-88 (Pembom cepat), Do-17Z (Pembom ringan), Messerschmitt Bf-109 (pemburu) dan Junkers Ju-87 Stuka (pembom tukik). sedangkan sebagai penangkalnya RAF mengerahkan 650 pesawat pemburunya yang terdiri dari Spitfire, Hawker Hurricane dan Bristol Beufighter. Dalam Pertempuran ini baik Luftwaffe maupun RAF menderita korban yang cukup banyak dan sebagian kota London hancur karena serangan pembom Jerman yang bertubi-tubi. Banyaknya kerugian yang diderita Jerman, membuat Hitler menunda Operasinya untuk sementara waktu.

 

Persaingan Dalam Dunia Sepak Bola.

Pertempuran antara kedua negara ini memang tidak pernah berakhir. Beberapa tragedi yang terjadi di Perang Dunia I dan Perang Dunia II terus berlangsung hingga akhirnya Perang Dunia berakhir pada 9 Mei 1945.

 

Pada pertempuran Perang Dunia II, pertempuran antara kedua negara jauh lebih panas. Banyak sekali kisah-kisah perang kedua negara yang tertulis di buku sejarah. Momen-momen penting dalam perang itu antara lain "Battle of Britain", yang dimulai dengan serangan Luftwaffe Jerman terhadap pelayaran dan pelabuhan Inggris, sampai "Blitzkrieg" berupa serangan pengeboman malam hari Jerman ke kota-kota di Inggris.

 

Pasca Perang Dunia, eksistensi persaingan kedua negara ini terus berlangsung hingga berlanjut ke lapangan hijau. Memang tidak dapat dipungkiri, baik Inggris ataupun Jerman memang memiliki kekuatan yang sama kuatnya dalam tim sepak bola. Seusai Perang Dunia II, warga Inggris melabeli dirinya sebagai musuh terbesar Jerman dalam berbagai hal, mulai dari produksi mobil, angkatan laut, perdagangan, sampai ekonomi. Persaingan inilah yang mulai merasuk ke dalam tubuh sepak bola.

 

Dalam duel yang mereka lakoni, setidaknya mereka telah memainkan beberapa pertandingan yang sangat segit di masa lalu, termasuk pada saat final Piala Dunia 1966 dan di semifinal Euro 1996. Kedua negara tersebut masing-masing berhasil memenangkan satu dari pertandingan itu, tetapi secara keseluruhan Jerman memimpin dengan 15 kemenangan, 13 kekalahan, dan empat seri.

 

Namun dibalik itu semua, suporter Inggris memiliki masa lalu yang sangat berharga. Pertarungan antara Inggris melawan Jerman pada laha kualifikasi Piala Dunia 2002 menjadi bukti bahwa Inggris dan Jerman memiliki persaingan yang syarat akan makna dan sisi histori. Olympiastadion di Munchen menjadi saksi penundukkan serdadu Inggris terhadap Jerman dengan skor telak 5-1 berkat gol hattrick yang dicetak oleh penyerang asal kota Chester, Inggris, Michael Owen. Hasil ini selalu menjadi memori yang sangat berharga bagi masyarakat Inggris sendiri, khususnya pecinta sepak bola. bagaimana tidak, mereka berhasil mempecundangi Jerman di tanah kelahirannya.

Selain daripada itu, suporter Inggris pun memiliki chant yang melengkapi laga tersebut dengan nuansa Perang Dunia. Chant yang kerap digaungkan fans Inggris jika menghadapi Jerman bertajuk ’10 German bombers’. Fans di Inggris menganggap Jerman sebagai rival olahraga utama mereka, melampaui Argentina atau Skotlandia. “Ya, menurut saya Jerman adalah rival abadi kami” sebut Ben, seorang suporter Inggris, ditemui di London.

 

Pemantik chant tersebut adalah peristiwa 'Manchester Blitz' pada tahun 1941, ketika pesawat tempur Jerman menjatuhkan bom di Kota Manchester. Bom itu bahkan menghancurkan Stretford End atau tribune barat Old Trafford, markas Manchester United.

 

Sebesar apa pun upaya sepak bola untuk menghindari sengkarut politik, pada akhirnya ia akan tetap hinggap juga. Ketika nasib sudah ditentukan, tak ada yang sanggup untuk menghentikannya. Ketika dunia sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja, dunia terasa begitu ramai dalam laga Inggris menghadapi Jerman. Gesekan kecil saja bisa menimbulkan ledakan yang sangat dahsyat. Penting untuk kedua tim untuk mencapai kemenangan. Selain daripada mempertahankan gengsi, sang pemenang pertarungan juga akan mendapatkan "hak membual".

Your Cart

Your cart is currently empty.
Click here to continue shopping.